Thursday 31 January 2013

Permintaan Kopi Bengkulu Masih Lesu

permintaan kopi biji asalan Bengkulu sepekan terkahir masih sepi, terutama dari pedagang besar di wilayah Lampung dan Sumsel.

Sedangkan pasokan petani setiap pekan tetap ada dan stok cukup, untuk pasokan coklat hingga pekan ini cukup banyak, kata kata Seorang pedagang pengumpul kopi di Kabupaten Kepahiang, Zurdinata, Kamis.

Akibatnya, harga beli pada tingkat petani yaitu bertahan Rp16.000 per kilogram dan harga coklat turun tipis menjadi Rp17.500 per kilogram.

Sebelumnya pasokan kakao dan biji kopi asalan dari petani turun drastis akibat pengaruh musim kemarau, namun saat ini kembali membaik karena cuaca mulai panas.

Ia mengatakan, pasokan coklat dari petani saat ini rata-rata antara 700-850 kilogram per hari, sedangkan sebelumnya dibawah itu termasuk jenis kopi biji asalan.

Sementara permintaan dua komoditas perkebunan itu hingga saat ini belum ada peningkatan akibat pengaruh pasar internasional, sehingga harga beli masih bertahan.

Untuk harga kopi kualitas baik pekan ini dibeli Rp16.000 dan biji coklat Rp18.000 per kilogram, mudah-mudahan memasuki 2013 harga komoditas perkebunan itu bisa naik.

Keluhan para petani kakao dan kopi selama ini mereka sebagian besar belum mendapatkan bibit kopi stek, bila kopi stek itu sudah dibudidayakan kepada seluruh petani kopi, maka produksi akan normal setiap bulan tak ubah seperti saat panen raya.

"Kami berharap pemerintah daerah setempat ke depan mengembangkan secara besar-besaran bibit kopi stek jenis rebosta, sehingga penghasilan petani akan meningkat," ujarnya.

Seorang petani kopi di Benuanggaling, Kepahiang Aristandi mengatakan, para petani kopi di beberapa sentra produksi di Provinsi Bengkulu saat ini tetap mengharapkan harga naik, untuk mendongkrak biaya keluarga.

"Kami pekan ini masih menjual kopi berkisar Rp15.000-Rp15.500, namun pekan ini beranjak naik menjadi Rp16.000 untuk biji kopi kualitas baik dan kopi kualtas sedang dan rendah Rp14.500-Rp15.000 per kilogram," katanya.

Kopi yang dijual saat ini sebagian besar stok hasil panen lalu, sedangkan hasil panen sela produksinya tidak seberapa dan tak cukup untuk memenuhi biaya perawatan kebun.

"Untung saja tanaman kopi petani daerah itu tidak menggunakan pupuk, sehingga biaya pemeliharaan tidak terlalu tinggi dan cukup dengan merumput dua kali dalam setahun," ujarnya.

Meskipun harga pada tingkat pedagang pengumpul tergolong rendah para petani di daerah itu tetap mempertahan tanaman kopi jenis rebosta, walau sudah masuk berbagai varitas kopi unggul di daerah itu, ujarnya. (ant/as)

No comments:

Post a Comment